Tuesday, May 3, 2011

Multiplication table 5 / sifir 5






 Biarkan  Masa  Depan  Datang  Sendiri

{Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya.}
(QS. An-Nahl: 1)

Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi!  Apakah Anda mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak?  Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan  dapat  diraba,    belum berwujud,  dan  tidak  memiliki  rasa  dan  warna. Jika  demikian,  mengapa  kita  harus menyibukkan  diri  dengan  hari  esok, mencemaskan  kesialan-kesialan  yang  mungkin akan  terjadi  padanya, memikirkan  kejadian-kejadian  yang  akan  menimpanya,  dan meramalkan bencana-bencana  yang bakal  ada  di  dalamnya?  Bukankah  kita  juga  tidak tahu  apakah  kita  akan  bertemu  dengannya  atau  tidak,  dan  apakah  hari esok  kita  itu akan berwujud  kesenangan  atau  kesedihan?


Yang jelas,  hari esok masih  ada dalam alam ghaib dan belum turun ke bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai  di  atasnya.  Sebabsiapa  yang  tahu  bahwa  kita  akan  sampai  atau tidak  pada  jembatan  itu.  Bisa  jadi  kita akan  terhenti  jalan  kita  sebelum sampai  ke  jembatan  itu,  atau  mungkin  pula jembatan  itu hanyut  terbawa arus  terlebih  dahulu  sebelum  kita  sampai  di  atasnya.  Dan  bisa  jadi  pula, kita  akan sampai pada jembatan itu  dan kemudian menyeberanginya.


Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan-kecemasan yang baru diduga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh).  Secara nalar,  tindakan itu  pun tak masuk  akal,  karena  sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan manusia  di  dunia  ini justru  banyak  yang  termakan  oleh  ramalan-ramalan tentang  kelaparan,  kemiskinan,  wabah  penyakit  dan  krmjekonomi  yang kabarnya akan menimpa mereka.  Padahal,  semua itu hanyalah bagian dari kurikulum  yang  diajarkan  di  "sekolah-sekolah  setan".



{Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.}
(QS. Al-Baqarah: 268)

Mereka  yang  menangis  sedih  menatap  masa  depan  adalah  yang menyangka diri  mereka  akahidukelaparan,  menderitsakiselama setahun,  dan memperkirakan  umur  dunia  ini  tinggal  seratus  tahun  lagi. Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di 'genggaman yang lain'  tentu  tidak  akan menggadaikannya  untuk  sesuatu  yang  tidak  ada. Dan orang yang tidak tahu kapan akan mati,   tentu salah besar bila justru menyibukkan  diri  dengan sesuatu  yang belum ada dan  tak berwujud.


Biarkan  hari  esok  itu  datang  dengan  sendirinya.  Jangan  pernah menanyakan kabar  beritanya,  dan  jangan  pula  pernah  menanti  serangan petakanya.  Sebab,  hari ini anda sudah sangat sibuk.

Jika  Anda  heran,  maka  lebih  mengherankan  lagi  orang-orang  yang berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah angan- angan yang berlebihan

Credit to : La Tahzan

No comments:

Post a Comment